Sunadi (50), pemilik pabrik kapal ikan, mengatakan bahwa kapal berbasis fiber telah dimanfaatkan oleh pemancing Indonesia sejak tiga-empat dekade yang lalu. Pembuatan kapal serat di Pantai Indonesia sudah ada sejak 1982, sekitar saat itu ada industri pencipta kapal penumpang serat yang disebut Intisari di Pantai Timur di dekat Indonesia Ketapang Doyong. Namun sejak keadaan darurat fiskal 1998, industri ini meninggalkan bisnis," kata Sunadi yang merupakan salah satu spesialis sebelumnya dari lini produksi fiberboard Digest ini. Memperoleh dari Essence, pada tahun 1992, Sunadi mendirikan lini produksi watercraft khususnya, yang diberi nama "Aman Abadi". Sampai saat ini, upayanya masih bisa dikendalikan dan berkembang. Sampai sekarang, Aman Abadi memiliki 12 spesialis. Dua individu adalah profesional, satu individu bertanggung jawab untuk membuat cadik atau katir dan sisanya sedang menyelesaikan prosedur pelengkap.

Saat ini, mendirikan Sunadi, berbagai ukuran kapal ikan dapat diminta, mulai dari Rp 11 sampai 17,5 juta. Perahu menunjukkan bahwa saat ini banyak digunakan sebagai bagian dari Indonesia, seperti yang ditunjukkan oleh Sunadi, berukuran 9 meter dan lebar 1,1 meter. Speedboat patroli ini, katanya, menghabiskan biaya Rp 14 juta untuk setiap unit, tidak termasuk ongkos kirim. Untuk kerajinan tangan kapal ikan, Sunadi biasanya memberikan jaminan delapan bulan. Jika terjadi kerusakan, misalnya, melanggar atau menumpahkan secara normal, pembeli akan mendapatkan administrasi perbaikan gratis.
Sunadi meneruskan, endorser kapal sekitar 75 persen berasal dari Indonesia. Sedangkan sisanya, seperti yang ditunjukkan olehnya, berasal dari rentang yang melingkupi, misalnya Pamengpeuk (Garut), Pamayang (Tasik) dan Bandung. Sunadi termasuk bahwa dia juga mendapat perintah dari Jawa Timur, Lampung dan Aceh. Seperti halnya Sunadi, yang saat ini berada di Sub-area Indonesia, hanya ada dua usaha kerajinan air serat, termasuk yang dia awasi. Sudah, kata Wasito, ahli kapal serat ada sekitar tujuh usaha.